top of page
Gambar penulisWimpow Panjaitan

Ekonomi - Dedolarisasi, Solusi Satu Sisi

Diperbarui: 1 Jun 2023

Pada abad ke-21 superioritas Amerika Serikat (AS) semakin menurun, dari sisi militer AS kalah perang dengan Taliban di Afghanistan, hal yang sama juga terjadi di Irak, sikap AS sangat hati-hati sekali.


Dari sisi politik dan ekonomi, pengaruh AS di dunia semakin terganggu, jika sebelumnya ada mata uang Euro kini ekonomi AS khususnya Dollar AS semakin terdesak dengan adanya kesepakatan dagang BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa). Dalam perkembangannya wacana dedolarisasi semakin mencuat, bahkan melibatkan mitra AS dalam sistem Petro Dollar.


Secara signifikan perdagangan ekspor Cina selalu mengalahkan AS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, walaupun memang faktanya Dollar AS masih menjadi primadona dalam perdagangan internasional, dengan porsi sebesar 58,4%*.


Walaupun demikian nampaknya berbagai negara sudah kenyang dengan penggunaan Dollar AS, mereka ingin mengurangi dominasi AS tersebut. Pada akhirnya Dollar AS akan kembali membanjiri dalam negeri AS sendiri, dan akan meruntuhkan ekonomi AS.


Beberapa kalangan ekonom menganggap dedolarisasi adalah suatu dilema, karena dampak buruknya bukan hanya bagi ekonomi AS tetapi juga bagi ekonomi dunia secara keseluruhan, maka dedolarisasi hanya bisa menjadi solusi di satu sisi saja.


Sementara sebagian kalangan ekonom Muslim, bukan hanya mata uang Dollar yang akan direduksi penggunaannya, tetapi secara fundamental, penggunaan uang kertas perlu diganti atau minimal di-back up oleh logam mulia yaitu emas.


Dalam satu hadits, Rasulullah bersabda ''Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham'' (HR Ahmad). Secara fitrah uang emas (Dinar) dan uang perak (Dirham) memang bisa diterima oleh semua orang dan semua kalangan di seluruh dunia.


Secara intrinsik emas dan perak memang memiliki nilai, dan mudah dipecah-pecah menjadi bagian kecil. Emas dan perak memang pantas untuk dijadikan sebagai standar dalam menilai suatu barang atau jasa, sangat pantas sebagai media dalam menisbatkan harga, penggunaan emas dan perak akan mempermudah dan memperjelas pelaksanaan akad muamalah maliyah.


Kesimpulannya jika ingin solusi yang menyeluruh bagi seluruh negara di dunia, maka jawabannya adalah kembali ke uang emas (Dinar) dan uang perak (Dirham), bukan beralih ke cryptocurrency seperti bitcoin, karena faktanya Bank-Bank Sentral diseluruh dunia sudah mulai meningkatkan cadangan emasnya, sebagai reaksi dari dedolarisasi**.


Wallahualam Bishawab.





Referensi :

**https://internasional.kontan.co.id/news/dedolarisasi-jadi-isu-hangat-emas-menjadi-buruan-bank-sentral-global

bottom of page