top of page
Gambar penulisWimpow Panjaitan

Mengutamakan Diri Sendiri dan Keluarga?

Diperbarui: 14 Mei 2023

Jika semua orang menjaga, mendidik, menafkahi dan mengutamakan keluarga dan dirinya sendiri, tentu akan terbentuk masyarakat yang ideal.


Jika demikian maka tidak perlu ada akad tabarru, tidak perlu ada sedekah, tidak perlu ada wakaf, tidak perlu ada zakat, hawalah, kafalah dll, yang kesemuanya itu adanya didunia, faktanya konsep yang diberikan oleh Islam adalah SALING.


Ya! saling memberi, saling menasihati, saling menegur, saling mengisi, saling mencintai, saling membantu bahkan akad komersial pun saling menukar (jual-beli).


Bedanya akad tabarru tidak perlu ada tawar-menawar, tidak perlu ada harap berharap balasan, tidak perlu ada pertukaran sesuai atau tidak sesuai. tidak perlu ada kalkulasi dsb, sebaliknya akad komersial harus sesuatu yang bernilai, berharga, bermanfaat ditukar dengan sesuatu yang bernilai, berharga, bermanfaat juga.

"Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta SALING menasihati untuk kebenaran dan SALING menasihati untuk kesabaran" (QS. Al-Asr : 1-3).

Dengan konsep saling itu, maka tidak boleh menyakiti, menzalimi, mengabaikan, hingga mementingkan diri sendiri saja. Tidak boleh jika dirinya sendiri saja yang kenyang, yang untung, yang hebat, yang sejahtera, yang kuat, begitupun tidak boleh memelintir kata SALING menjadi saling menyakiti, saling menzalimi, saling mengabaikan dll.


Para Sahabat Rasulullah yang sangat mengerti Al-Qur'an dan Hadits, faktanya memiliki jiwa yang dermawan, sifat yang tidak mementingkan dirinya sendiri, sikap yang selalu ingin memberikan yang terbaik yang mereka punya untuk orang lain.


"Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang menjadi dahsyat kemudian para Sahabat Rasulullah juga tidak mau memberatkan orang lain, mahsyur perkataan Abdurahman bin Auf Radhiyallahuanhu ketika Hijrah dan akan diberikan bantuan setengah harta oleh seorang Anshor Madinah :


"Aku adalah orang terkaya dari kaum Anshar. Aku akan membagi separuh hartaku kepadamu. Aku juga memiliki dua Istri maka pilihlah mana yang paling menarik untukmu di antara keduanya. Sebutkan namanya, maka aku akan menalaknya. Jika Idahnya sudah habis, nikahilah dia," katanya.
Tawaran itu itu di tolak dengan lembut oleh Abdurrahman. Beliau berkata.
"Semoga Allah memberkahimu atas keluarga dan hartamu,"
"Cukuplah engkau tunjukkan kepadaku di manakah pasar kalian berada," ucap Abdurahman bin Auf Radhiyallahuanhu.

Inilah bentuk saling menghormati, saling menghargai, saling mengapresiasi, saling segan, saling memahami, saling mengerti, tanpa ada embel-embel negatif.


Sikap yang sulit ditemui hari ini, dimana banyak orang justru menggunakan ayat-ayat dan dalil-dalil untuk mengutamakan diri dan keluarganya sendiri, anaknya sendiri, Orang Tuanya sendiri sambil mengabaikan orang lain, karena merasa hanya bertanggungjawab atas keluarganya sendiri dan tidak bertanggung jawab atas keadaan orang lain, kecuali dengan balasan yang setimpal.


Naudzubillah min dzalik.

bottom of page